Sosok Pria di Balik Hari Valentine

Sosok Pria di Balik Hari Valentine
ukisan rekaan wajah St. Valentine. (Sumber Wikipedia)

Sosok pria bernama Valentine atau Valentinus kerap disebut-sebut berada di balik terciptanya Hari Valentine atau Valentine’s Day yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari. Dikutip dari History.com, pria itu meninggal pada 14 Februari di akhir abad ke 3 Masehi.

Sosok Pria di Balik Hari Valentine
ukisan rekaan wajah St. Valentine. (Sumber Wikipedia)

Dilansir dari The Guardian, Gereja Katolik mengakui ada 3 santo atau orang suci bernama Valentine atau Valentinus. “Dan ketiganya adalah martir”. Ketiga pria dari masa 200-an Masehi tersebut tewas secara mengenaskan.

Berikut 6 fakta mengejutkan seputar sosok pria di balik Hari Valentine tersebut:

1. Santo Valentine yang menjadi ilham hari Valentin diduga merujuk kepada 2 orang pria berbeda

Sebagaimana diakui Gereja Roma Katholik, Santo Valentine memang seseorang yang wafat sekitar tahun 270 Masehi. Namun demikian, pada 496 Masehi, jati dirinya dipertanyakan oleh Paus Gelasius I yang berpendapat bahwa sang martir dan tindak-tanduknya “hanya diketahui oleh Tuhan”.

Menurut informasi pada tahun 1400-an, dijelaskan Valentine sebagai imam suatu gereja yang dihukum pancung oleh Kaisar Claudius II di dekat Kota Roma karena menolong menikahkan pasangan muda Kristen. Dari sejumlah sumber disebutkan bahwa pada masa itu sang kaisar melarang pernikahan prajurit muda Romawi, agar mereka tak ‘melempem’ di medan tempur.

Pendapat lain menyebutkan Valentine adalah seorang Uskup di Kota Terni yang meregang nyawa di tangan Claudius II. Karena kemiripan kisahnya, dua pendapat itu diduga merujuk kepada satu orang yang sama.

Karena informasi yang simpang siur atas identitas St. Valentine, Gereja Roma Katolik akhirnya menghentikan penghormatan liturgis terhadapnya pada 1969. Walaupun namanya tetap ada dalam daftar resmi orang kudus.

2. Ada belasan St. Valentine ditambah seorang Paus

Santo yang dirujuk pada Hari Valentine secara resmi dikenal sebagai St. Valentine dari Roma. Penyebutan ini untuk membedakannya dari belasan Valentine lain di dalam daftar.

Kata ‘Valentinus’ berasal dari bahasa Latin yang berarti layak, kuat, atau digdaya. Nama itu populer antara abad ke-2 dan ke-8. Sejumlah martir selama beberapa abad sesudahnya juga memakai nama itu.

Daftar resmi orang kudus versi Roma Katolik mencantumkan sekitar selusin orang yang bernama Valentine ataupun variasinya. Valentine yang dikuduskan paling terkini adalah Valentine Berrio-Ochoa, seorang warga Spanyol dari ordo Dominika yang berkelana ke Vietnam sebagai uskup hingga akhirnya ia dihukum pancung pada 1861.

Bahkan ada seorang Paus Valentine, walaupun tidak banyak yang diketahui tentangnya kecuali bahwa ia menjabat selama 40 hari pada sekitar 827 Masehi.

3. Valentine adalah orang kudus sosok pelindung

Para santo diharapkan terus berkarya di alam sana. Tugas sucinya misalnya membantu sejumlah urusan duniawi dan mendengar permohonan dari mereka yang masih hidup.

Untuk itu, St. Valentine memiliki tanggungjawab yang luas. Tentu saja orang memohon bimbingan bagi kehidupan orang-orang yang disayangi, tapi juga campurtangan kepada peternak lebah, penderita epilepsi, sampar, mereka yang kehilangan siuman, dan yang berperjalanan. Tentu saja ia adalah juga pelindung untuk pasangan yang bertunangan dan untuk pernikahan yang berbahagia.

4. Ada tengkorak Valentine di Roma

Tengkorak St. Valentine dipajang di Basilika Santa Maria di Cosmedin, Roma. Di awal 1800-an, penggalian gua makam dekat Roma menyingkapkan adanya peninggalan kerangka dan benda-benda lain yang sekarang dihubung-hubungkan dengan St. Valentine

Potongan-potongan bagian tubuh orang kudus kemudian dibagikan ke sejumlah tempat penyimpanan di seluruh dunia. Sementara serpihan-serpihan kerangka St. Valentine dipajang di Republik Cheko, Irlandia, Skotlandia, Inggris, dan Prancis.

5. Hari Valentine diduga rekaan pujangga Chaucer

Pujangga abad pertengahan Inggris bernama Geoffrey Chaucer kerap melakukan tafsiran bebas atas sejarah dan menempatkan tokoh-tokoh pada puisinya, dalam konteks sejarah yang bersifat fiktif yang dikemasnya seperti hal nyata.

Tidak ada catatan perayaan romantis pada Hari Valentine sebelum munculnya puisi karya Chaucer sekitar 1375. Dalam karya berjudul “Parliament of Foules” ia mengkaitkan tradisi cinta bergelora dengan hari raya St. Valentine.

Keterkaitan ini belum pernah ada sebelumnya hingga akhirnya puisi itu mulai dikenal.

Puisi itu membicarakan tanggal 14 Februari sebagai suatu hari di mana burung-burung (dan manusia) berkumpul untuk mencari jodoh. Berikut petikan tulisan Chaucer terkait Hari Valentine.

For this was sent on Seynt Valentyne’s day
Whan every foul cometh ther to choose his mate

6. Orang bisa merayakan Hari Valentine beberapa kali dalam setahun

Karena banyaknya St. Valentine dalam daftar Roma Katholik, orang bisa memilih untuk merayakan hari itu beberapa kali dalam setahun.

Selain tanggal 14 Februari, orang bisa saja memilih perayaan St. Valentine dari Viterboo pada 3 November, atau mungkin St. Valentine dari Raetia pada 7 Januari.

Kaum wanita bisa saja memilih satu-satunya St. Valentine wanita — Valentina — yaitu seorang perawan yang wafat sebagai martir di Palestina pada 25 Juli 308 Masehi.

Gereja Katolik Ortodoks merayakan St. Valentine 2 kali, pertama merupakan perayaannya sebagai tetua gereja pada 6 Juli dan kemudian perayaan wafatnya sebagai martir pada 30 Juli. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *