SULSEL, TIMURNEWS.COM – Harga kopi di pasaran terus mengalami penurunan dari awal tahun 2015 hingga awal tahun 2016 seiring dengan menurunnya harga minyak mentah dunia.
“Penurunan harga minyak mentah ini berpengaruh terhadap harga komoditas kopi. Bahkan, penurunan masih terjadi hingga awal tahun ini,” kata Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Mulyono Susilo.
Menurut dia, untuk harga kopi robusta awal tahun 2015 pada level 1.800 dolar AS/ton, selanjutnya turun bertahap hingga bulan Desember pada tahun yang sama menjadi 1.400 dolar AS/ton.
“Untuk Januari 2016 sempat mengalami penurunan lagi mencapai harga terendah dalam waktu enam tahun terakhir yaitu 1.340 dolar AS/ton,” katanya.
Penurunan harga juga terjadi untuk kopi arabika. Jika awal tahun 2015 pada level 200 dolar AS/lips untuk akhir tahun mencapai harga terendah level 115 dolar AS/lips.
“Sekarang harga mengalami penurunan lagi mencapai 114 dolar AS/lips,” katanya.
Menurut dia, harga minyak mentah dunia bukan menjadi satu-satunya penyebab penurunan harga kopi. Faktor lain adalah adanya ekspektasi dari pelaku usaha terkait panen yang tidak mengalami masalah.
“Sepertinya semua pihak ‘overestimate’ dengan kondisi cuaca sehingga berpikir bahwa hasil panen akan cukup besar,” katanya.
Terkait hal itu, diprediksi harga akan segera mengalami koreksi atau kembali meningkat mengingat hasil panen tidak sebesar harapan awal.
“Kondisi musim di tahun lalu akibat elnino kemungkinan akan menurunkan produksi panen ke depan,” katanya.
Sementara Ketua Kadin Sulsel, Zulkarnain Arif Senin menjelaskan, penurunan harga kopi di pasaran belum terlalu dirasakan oleh pengusaha yang ada di Kota Makassar.
“Komiditi dalam hal ini kopi kita berlimpah dan sudah diimpor ke beberapa negara. Bahkan kopi kita sudah diakui sebagai kopi terbaik dunia,” katanya di Makassar.
Terkait teknis, pihak Kadin selaku fasilitator menempuh komunikasi berbeda yakni dengan meminta industri yang ada di Belanda untuk datang di Sulsel dan merelokasi pabrik.
“Mereka sudah punya pasar sendiri di negaranya, makanya kami optimis kalau harga komoditas utamanya kopi itu tidaklah terlalu berpengaruh,” jelasnya. (TIM)